Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Berita Tempo tanggal 24 November 2002 berjudul “Jejak Intelijen di Balik Al Faruq” menuliskan[1]:
September lalu, majalah Time memuat laporan utama yang menggemparkan: Umar Al Faruq mengaku kepada interogator Dinas Rahasia Amerika (CIA) bahwa ia adalah pejabat Al Qaidah di Asia Tenggara yang beroperasi di Indonesia. Menurut dokumen CIA, Faruq mengaku terlibat dalam kasus Bom Natal 2000 dan berencana membunuh Presiden Megawati Soekarno Putri atas perintah Abu Bakar Baasyir, Ketua Majelis Mujahidin Indonesia. Banyak misteri dalam pengakuannya itu…
Dari beberapa pertanyaan investigatif yang diajukan oleh Tempo pada beritanya itu, satu pertanyaan yang memikat perhatian saya adalah “Siapa sebenarnya Al Faruq?” Dari situ kita akan memulai.
Pada artikel lain dituliskan:
Sebuah dokumen rahasia melayang ke meja redaksi majalah TIME. Isinya menarik: Al Qaeda dua kali ingin membunuh Presiden Megawati Soekarno Putri, melalui tangan Umar Al Faruq alias Mahmud bin Ahmad Assegaf.
Itu adalah pembukaan artikel liputan6.com bertanggal 23 September 2002 berjudul “CIA dan Harga Nyawa Mega”[2].
Mungkin sebagian Anda belum ngeh dengan apa maksud saya. Saya ulangi lagi: “Al Qaeda dua kali ingin membunuh Presiden Megawati Soekarno Putri, melalui tangan Umar Al Faruq alias Mahmud bin Ahmad Assegaf”. Perhatikan nama: bin Ahmad Assegaf. Apakah sekarang Anda mulai ngeh dengan nama ‘Assegaf’ yang disebutkan pada artikel tersebut? Ya, Assegaf. Assegaf itu marga dari mana? Dari Klan Habib Baalwi Imigran Yaman Cucu Yuya Dukun Firaun. Jadi, dokumen rahasia yang berada di meja redaksi majalah TIME pada tahun 2002 yang berisi dokumen berisi percobaan pembunuhan Al Qaeda kepada Presiden Megawati, disebutkan pelakunya adalah Habib bermarga Assegaf yaitu Mahmud bin Ahmad Assegaf alias Umar Al Faruq.
Meski informasi dugaan rencana pembunuhan Al Qaeda kepada Presiden Megawati tidak dapat dipastikan kebenarannya, karena memang begitu, sebagaimana paragraf akhir artikel tersebut yaitu “bagaimana pun setiap kerja intelijen memang menyiman tanda tanya yang sulit terjawab”[3]. Namun, yang menarik untuk kita kaji adalah benarkah Umar Al Faruq bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf dan oleh karenanya ia seorang Habib Baalwi? Dan siapakah dia dan apa hubungannya dengan Al Qaeda? Dan ngapain dia di Indonesia?
Pada artikel liputan6.com bertanggal 28 September 2006 berjudul “Pemerintah Menolak Jenazah Al Faruq” disebutkan bahwa Syamsir Siregar, Kepala BIN, menjelaskan Umar Al Faruq adalah pria bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf[4]. Dari pernyataan Kepala BIN saat itu yaitu Syamsir Siregar, maka terkonfirmasi benar Umar Al Faruq bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf dan oleh karenanya ia adalah seorang Habib Baalwi bermarga Assegaf. Mahmud bin Ahmad Assegaf ini disebut-sebut sebagai pemimpin jaringan teroris Al Qaeda di Asia Tenggara. Habib Assegaf ini kelahiran Kuwait, disebut-sebut juga sebagai wakil pemimpin Al Qaeda, Usamah bin Laden. Dia ditangkap di Bogor, 5 Juni 2002, oleh aparat intelijen Indonesia kemudian dia diserahkan ke AS[5].
Pada artikel lain dari VOA-Islam.com bertanggal 25 April 2012 yang berjudul “Sang Penyusup dalam Gerakan Islam” nama Umar Al Faruq juga disebut dengan nama Mahmud bin Ahmad Assegaf[6]:
Salah satu hal menonjol dari sosok Abdul ini adalah ketika ia dikabarkan ikut terlibat di dalam proses penangkapan Omar Al-Farouq alias Mahmud bin Ahmad Assegaf di Masjid Raya Bogor, pada tanggal 05 Juni 2002.
Dalam artikel tersebut juga dituliskan:
Al-Farouq selama ini dikenal sebagai wakil senior Al-Qaida di Asia Tenggara dengan tugas merencanakan sejumlah serangan terhadap kepentingan AS di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan Kamboja. Hal ini terungkap berdasarkan wawancara antara dirinya dengan majalah Time pada September 2002, beberapa bulan setelah ia ditangkap di Bogor.
Namun menurut Manullang (mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Nasional), sebagaimana dikutip Tempo News Room (19 Sep 2002), Al-Farouq adalah agen binaan badan intelejen Amerika Serikat (CIA), yang ditugaskan menyusup dan merekrut agen lokal melalui kelompok-kelompok Islam radikal. Kabar terakhir mewartakan bahwa Al-Farouq tewas ditembak tentara Inggris di Irak pada 25 September 2006.
Nama Mahmud bin Ahmad Assegaf juga disebutkan sendiri oleh istrinya pada artikel VIVA.co.id berjudul “Berat Rasanya Disebut sebagai Istri Teroris” bertanggal 29 Juli 2009[7].
Pada artikel kompas.com berjudul “Cerita Andika Perkasa Ikut Operasi BIN, Terlibat Tangkap Tangan Kanan Osama bin Laden” bertanggal 13 Agustus 2023[8], mengenai Umar Al Faruq yang kita ketahui sekarang bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa menyatakan bahwa:
… dirinya terlibat dalam penangkapan anak buah pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, Omar Al Faruq di Indonesia.
Diketahui, Omar Al Faruq juga merupakan otak di balik pengeboman menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 silam. Andika saat itu masih menjadi prajurit di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Kontroversi muncul lantaran penangkapan Omar Al Faruq juga melibatkan Kopassus, padahal itu adalah operasi Badan Intelijen Negara (BIN).
Pengakuan itu diungkapkan andika dalam program Gaspol! seperti disiarkan di kanal YouTube Kompas.com, Sabtu (12/8/2023). “Ya, itu benar dan itu adalah sebuah operasi,” ujar Andika Perkasa.
Andika menjelaskan, saat itu BIN mendeteksi jaringan Al Qaeda sudah masuk ke Indonesia. Untuk mencari buktinya, dibentuk tim kecil. Kemudian, operasi tersebut berada di bawah kendali BIN. Menurut Andika, dari operasi tersebut, dibentuk tim kecil yang melibatkan Kopassus. “Kebetulan saya waktu itu di Kopassus. Kemudian, operasi di bawah kendali Badan Intelijen Negara, yang sampai sekarang juga masih terus dilakukan. Iya (sinergitas),” katanya.
Dalam penyelidikan secara tertutup tersebut, ditemukan fakta bahwa Omar Al Faruq memang benar terlibat. “Keterlibatannya persisnya apa, saya lupa. Tetapi terlibat dalam salah satu plot, merupakan jaringan. Mereka ini kan juga bukan orang Indonesia. Mereka ini orang dari Timur Tengah semua ini, sehingga akhirnya kita tangkap, kemudian dideportasi,” ujar Andika.
Terkait kenapa Omar Al Faruq tinggal di Bogor ketika ditangkap, Andika mengaku tidak tahu alasannya. Lagipula, bisa saja Omar Al Faruq dan kawan-kawan sedang merencanakan sesuatu berskala dunia, sehingga mereka punya jaringan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Kita enggak terlalu tahu, yang penting bagian Omar Al Faruq ini memang ada keterkaitannya secara langsung,” katanya.
Pada artikel inews.id berjudul “Ternyata, Jenderal TNI Andika Perkasa yang Menangkap Gembong Teroris Al Qaeda Umar Faruq di Bogor” bertanggal 14 Desember 2021 dituliskan:
Sejumlah aksi teror di Indonesia didalangi tokoh sentral bernama Mahmoud Ahmad Mohammed Ahmad alias Omar al-Faruq alias Umar Faruq, orang kepercayaan Osama bin Laden, pentolan Al Qaeda.
Umar Faruq yang terkoneksi langsung dengan Al Qaeda dan Jamaah Islamiyah Asia Tenggara, pernah terlibat dalam rencana pembunuhan seorang Jenderal Kopassus. (Jadi selain diduga akan membunuh Presiden Megawati, dilaporkan pula Habib Assegaf ini terlibat dalam rencana pembunuhan seorang Jenderal Kopassus, pen).
Pada artikel yang sama sepak terjang Umar Faruq atau Mahmud bin Ahmad Assegaf direkam oleh Ken Conboy dalam buku ‘Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen di Indonesia’.
Dalam pada itu, pada artikel inilah kita mengetahui Jendral Kopassus yang hendak dibunuh oleh Habib Mahmud bin Ahmad Assegaf ini adalah Mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani atau Benny Moerdani. Selain Jenderal Benny Moerdani, sejumlah orang lain juga masuk daftar eksekusi. Habib Mahmud bin Ahmad Assegaf juga hendak mengebom Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
antaranews.com pada artikel berjudul “Tewasnya Umar Al Faruq Tak Kurangi Ancaman Terorisme di Indonesia” bertanggal 27 September 2006 menyebutkan bahwa Umar Al Faruq merupakan salah satu dalang terorisme di Asia Tenggara[9]. Umar Al Faruq dituliskan pula sebagai tangan kanan Osama bin Laden, salah satu aktor terorisme yang telah melatih para calon teroris baru di berbagai tempat di Asia Tenggara, termasuk di Poso, Sulawesi Tengah (mendengar lokasi Sulawesi Tengah, saya jadi ingat Al Khairaat, pen). Pria kelahiran Kuwait itu dikabarkan memiliki peranan penting dalam jaringan teroris di Indonesia. Tidak itu saja, Umar juga pernah “menyanyi” di penjara, bahwa Abu Bakar Baasyir merupakan pemimpin Jemaah Islamiah. Umar pun disebut-sebut memiliki hubungan dengan aktifitas Front Pembebasan Islam Moro, MILF, dan sempat digembleng di Kamp Latihan Al Qaeda di Khaldan Afghanistan.
Pada jurnal “Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan” Vol. 27 No. 2 tahun 2019 berjudul “REVIEWING AL-QAEDA’S INFILTRATION IN INDONESIA: A HISTORICAL REFLECTION” nama Umar Al Faruq juga saya jumpai. Pada jurnal itu dituliskan pada hal 417:
Umar al-Faruq’s information – a man who was arrested in West Java in June 2002 – published in Time magazine, proves that there are plans by the Al-Qaeda group to kill President Megawati (Tran 2002). (Hal 417).
Informasi Umar al-Faruq – seorang pria yang ditangkap di Jawa Barat pada Juni 2002 – yang diterbitkan di majalah Time, membuktikan bahwa ada rencana oleh kelompok Al-Qaeda untuk membunuh Presiden Megawati (Tran 2002). (Hal 417)
Pada jurnal Studi Sosial dan Politik, Vol. 3, No. 2, Desember 2019 berjudul “Al-Qaeda’s New Orientation After the Death of Osama bin Laden” nama Umar Al Faruq juga disebut dengan kalimat berikut:
The information of Umar Al-Faruq, a man who arrested in West Java in June 2002, is indeed evidence that there are plans by the Al-Qaeda group to kill President Megawati. (Hal 138).
Informasi Umar Al-Faruq, seorang pria yang ditangkap di Jawa Barat pada Juni 2002, memang merupakan bukti bahwa ada rencana oleh kelompok Al-Qaeda untuk membunuh Presiden Megawati. (Hal 138).
Singapore Prime Minister Lee Kuan Yew, long before the Bali Bomb, had accused Baasyir as a Muslim terrorist figure and as the leader of the Jama’ah Islamiyah. In May 2002, Lee also mentioned the existence of Al-Qaeda’s sleeping army in Indonesia. This accusation is further strengthened by news in Time magazine (December 17, 2002) by quoting the CIA who claimed that Umar Al-Faruq claimed that Al-Qaeda had twice tried to assassinate President Megawati Sukarnoputri (Syukur, 2012). (Hal 139).
Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, jauh sebelum Bom Bali, telah menuduh Baasyir sebagai tokoh teroris Muslim dan sebagai pemimpin Jama’ah Islamiyah. Pada bulan Mei 2002, Lee juga menyebutkan keberadaan tentara Al-Qaeda yang sedang “tidur” di Indonesia. Tuduhan ini semakin diperkuat oleh berita di majalah Time (17 Desember 2002) dengan mengutip CIA yang mengklaim bahwa Umar Al-Faruq mengklaim bahwa Al-Qaeda telah dua kali mencoba membunuh Presiden Megawati Sukarnoputri (Syukur, 2012). (Hal 139).
Sebagai informasi tambahan, katakan saja sebagai catatan pinggir, pada jurnal tersebut disampaikan pula:
Indeed, after months of the government insisting that Al-Qaeda is not operating in Indonesia, it finally supported a public statement in December in which intelligence services recognized the existence of Al-Qaeda training camps in Indonesia. Foreign Minister Hassan Wirajuda once denied having evidence that local Muslim organizations have links to international terrorist networks. But one month later, Indonesia signed an agreement with Australia to fight international terrorism. Until the 2002 Bali Bombing, Indonesian officials such as Vice President Hamzah Haz began to trust the signal, even Defense Minister Matori Abdul Jalil said the Bali Bombers were carried out by Al-Qaeda with the help of Indonesians. Abdurrahman Wahid boldly mentioned that Abu Bakar Ba’asyir (Majelis Mujahidin Indonesia), Habib Rizieq Shihab (Front Pembela Islam), and Ja’far Umar Thalib (Laskar Jihad) as “a local terrorists” because they always used violence and carried weapons everywhere (liputan6.com, October 1, 2002). Abu Bakar Ba’asyir and Ja’far Umar Talib have a connection to Al-Qaeda, but Ba’asyir was closer than Talib. Ba’asyir was allegedly the leader of the Jama’ah Islamiyah (J.I.) as one of Al-Qaeda’s links. (Hal 138)
Memang, setelah berbulan-bulan pemerintah bersikeras bahwa Al-Qaeda tidak beroperasi di Indonesia, akhirnya (pemerintah) mendukung pernyataan publik pada bulan Desember di mana dinas intelijen mengakui keberadaan kamp pelatihan Al-Qaeda di Indonesia. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pernah membantah memiliki bukti bahwa organisasi Muslim lokal memiliki hubungan dengan jaringan teroris internasional. Namun satu bulan kemudian, Indonesia menandatangani perjanjian dengan Australia untuk memerangi terorisme internasional. Sampai Pengeboman Bali 2002, pejabat Indonesia seperti Wakil Presiden Hamzah Haz mulai mempercayai sinyal tersebut, bahkan Menteri Pertahanan Matori Abdul Jalil mengatakan Pengebom Bali dilakukan oleh Al-Qaeda dengan bantuan orang Indonesia. Abdurrahman Wahid dengan berani menyebutkan bahwa Abu Bakar Ba’asyir (Majelis Mujahidin Indonesia), Habib Rizieq Shihab (Front Pembela Islam), dan Ja’far Umar Thalib (Laskar Jihad) sebagai “teroris lokal” karena mereka selalu menggunakan kekerasan dan membawa senjata ke mana-mana (liputan6.com, 1 Oktober 2002). Abu Bakar Ba’asyir dan Ja’far Umar Talib memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, tetapi Ba’asyir lebih dekat daripada Talib. Ba’asyir diduga adalah pemimpin Jama’ah Islamiyah (J.I.) sebagai salah satu hubungan Al-Qaeda. (Hal 138).
Untuk diketahui dan diperhatikan bersama, ketiga tokoh yang disebut oleh Gus Dur sebagai sosok-sosok teroris lokal, semuanya adalah Hadrami-Yaman. Ketika kita satukan puzzlenya dengan informasi bahwa Umar Al Faruq adalah Habib bermarga Assegaf yang disebut sebagai tangan kanan Osama bin Laden dan beroperasi di Asia Tenggara khususnya Indonesia, maka terlihat benang merahnya bahwa gembong-gembong teroris di Indonesia adalah Hadrami Connection atau Yaman Connection. Oleh karena itu, pada video dan atau tulisan sebelumnya, saya singgung dengan frase “Hadrami Connection” baik di Indonesia barat, tengah, maupun timur pada kontinyuitas Operasi Baalwisasi-Yamanisasi oleh Klan Habib Baalwi yang terungkap pada 2-3 tahun terakhir ini. Petanya sudah kami sampaikan[10].
Tentu saja, perbincangan ini mungkin bisa masih panjang. Dengan tulisan ini, saya harap mampu memancing curiosity Anda untuk menelusuri lebih jauh dan mengumpulkan puzzlenya secara mandiri lalu memahami konstruksi apa yang terjadi, otentik dari pencarian dan penemuanmu sendiri.
[1] https://www.tempo.co/investigasi/jejak-intelijen-di-balik-al-faruq–1002321
[2] https://www.liputan6.com/amp/41945/cia-dan-harga-nyawa-mega
[3] https://www.liputan6.com/amp/41945/cia-dan-harga-nyawa-mega
[4] https://www.liputan6.com/news/read/129941/pemerintah-menolak-jenazah-al-faruq?page=2 (artikel terbit 28 September 2006, diperbarui 24 Januari 2017)
[5] https://www.liputan6.com/amp/129823/keluarga-meminta-jenazah-umar-al-farouk
[6] https://m.voa-islam.com/news/nahi-munkar/2012/04/25/18835/sang-penyusup-dalam-gerakan-islam/
[7] https://www.viva.co.id/amp/berita/nasional/78661-berat-rasanya-disebut-sebagai-istri-teroris
[8] https://nasional.kompas.com/read/2023/08/13/07254661/cerita-andika-perkasa-ikut-operasi-bin-terlibat-tangkap-tangan-kanan-osama ; https://koran-jakarta.com/2021-03-31/kisah-mayor-kopassus-menangkap-pentolan-teroris-tangan-kanan-osama-bin-laden
[9] https://www.antaranews.com/berita/43184/tewasnya-umar-al-faruq-tak-kurangi-ancaman-terorisme-di-indonesia
[10] telusuri tulisan dan video saya lainnya sebelum ini